Pada materi ini akan disajikan beberapa uraian
tentang pengaruh monopoli dalam perdagangan, pengaruh kebijakan kerja paksa,
pengaruh sistem sewa tanah, pengaruh sistem tanam paksa, dan perlawanan
terhadap kolonialisme dan imperialism
1.
Pengaruh Monopoli dalam
Perdagangan
Cengkih merupakan salah satu hasil utama
masyarakat Maluku. Hasil perkebunan tersebut merupakan tanaman ekspor yang
sangat dibutuhkan masyarakat Eropa. Perusahaan dagang Belanda VOC berusaha
menguasai perdagangan tersebut. Rakyat hanya diperbolehkan menjual hasil
perkebunan tersebut kepada VOC. Para pedagang lain tidak diperbolehkan membeli
hasil perkebunan dari rakyat tersebut. VOC telah melakukan penguasaan
perdagangan di Maluku, atau disebut praktik monopoli.
Itulah praktik monopoli yang dijalankan oleh
VOC. mereka membeli hasil perkebunan rakyat dengan harga yang sangat rendah.
Petani tidak bisa bebas menjual kepada pedagang lain.
Kalian tentu sering mendengar istilah monopoli.
Apakah yang disebut monopoli? Monopoli adalah
penguasaan pasar yang dilakukan oleh satu atau sedikit perusahaan. Bagaimanakah
dampak monopoli? Bagi pelaku perusahaan, monopoli sangat menguntungkan karena
mereka dapat menentukan harga beli dan harga jual. Sebagai contoh, pada saat
melakukan monopoli rempah-rempah di Indonesia, VOC membuat perjanjian dengan
kerajaan-kerajaan di Indonesia. Isinya, setiap kerajaan hanya mengizinkan
rakyat menjual hasil bumi kepada VOC. Karena produsen sudah dikuasai VOC, maka
pada saat rempah-rempah dijual, harganya sangat turun. Sebaliknya, VOC
menjualnya kembali ke Eropa dengan harga yang sangat tinggi.
VOC
memang dibentuk dengan tujuan untuk menghindari persaingan diantara perusahaan
dagang Belanda dan memperkuat diri agar dapat bersaing dengan perusahaan dagang
dari hegara lain, seperti Portugis dan Inggris. Oleh pemerintah Kerajaan
Belanda, VOC diberi hak-hak istimewa yang dikenal dengan nama hak
Oktroi, seperti:
1. Hak
mencetak uang.
2. Hak
memiliki angkatan perang.
3. Hak
memerintah daerah yang diduduki.
4. Hak
melakukan perjanjian dengan raja-raja.
5. Hak
memonopoli perdagangan rempah-rempah.
6. Hak
mendirikan benteng.
Dengan
adanya hak oktroi tersebut Belanda memaksa kerajaan-kerajaan di Indonesia untuk
menandatangani kontrak monopoli dengan berbagai cara. Salah satu caranya adalah
politik adu domba atau dikenal devide et impera. Siapa yang diadu
domba? Adu domba yang dilakukan Belanda dapat terjadi terhadap kerajaan yang
satu dengan kerajaan yang lain, atau antarpejabat kerajaan. Apa tujuan Belanda
melakukan adu domba?
Belanda
berharap akan terjadi permusuhan antarbangsa Indonesia, sehingga terjadi perang
antarkerajaan. Belanda juga terlibat dalam konflik internal yang terjadi di
kerajaan. Pada saat terjadi perang antarkerajaan, Belanda mendukung salah satu
kerajaan yang berperang. Demikian halnya saat terjadi konflik di dalam
kerajaan, Belanda akan mendukung salah satu pihak. Setelah pihak yang didukung
Belanda menang, Belanda akan meminta balas jasa.
2.
Pengaruh Kebijakan dari
Kerja paksa
Gambar di atas adalah peta jalan Anyer sampai Panarukan. Jalur
tersebut memanjang lebih dari 1.000 kilometer dari Cilegon (Banten), Jakarta, Bogor,
Bandung, Cirebon, Semarang, Pati, Surabaya, Probolinggo, hingga Panarukan (Jawa
Timur). Saat ini, jalur tersebut merupakan salah satu jalur transportasi utama
bagi masyarakat di Pulau Jawa. Anyer-Panarukan dibangun 200 tahun yang lalu
oleh pemerintah Gubernur Jenderal Daendels yang merupakan bagian dari Repulik
Bataaf (Prancis). Mengapa jalan tersebut harus dibangun? Bagaimana
pengaruhnya bagi bangsa Indonesia?
Pada
awal tahun 1795, pasukan Prancis menyerbu Belanda. Raja Willem V melarikan diri
ke Inggris. Belanda pun dikuasai Prancis, dan terbentuklah Republik
Bataaf (1795-1806) yang merupakan bagian Prancis. Kebijakan-kebijakan
Republik Bataaf untuk mengatur pemerintahan di Hindia masih juga terpengaruh
Prancis. Pemerintahan yang mewakili Republik Bataaf di Indonesia adalah Herman
Williem Daendels (1808-1811) dan Jan Willem Janssen (1811).
Kebijakan pemerintah Kerajaan Belanda yang dikendalikan oleh
Prancis sangat kentara pada masa Gubernur Jenderal Daendels (1808 – 1811).
Kebijakan yang diambil Daendels sangat berkaitan dengan tugas utamanya yaitu
untuk mempertahankan Pulau Jawa dari serangan pasukan Inggris.
Dalam
upaya mempertahankan Pulau Jawa, Daendels melakukan hal-hal berikut.
1.
Membangun ketentaraan, pendirian tangsi-tangsi/ benteng, pabrik
mesiu/senjata di Semarang dan Surabaya serta rumah sakit tentara.
2.
Membuat jalan pos dari Anyer sampai Panarukan dengan panjang
sekitar 1.000 km.
3.
Membangun pelabuhan di Anyer dan Ujung Kulon untuk kepentingan
perang.
4.
Memberlakukan kerja rodi atau kerja paksa untuk membangun
pangkalan tentara.
Berikut
ini kebijakan-kebijakan yang diberlakukan Daendels terhadap kehidupan rakyat.
1.
Semua pegawai pemerintah menerima gaji tetap dan mereka dilarang
melakukan kegiatan perdagangan.
2.
Melarang penyewaan desa, kecuali untuk memproduksi gula, garam,
dan sarang burung.
3.
Melaksanakan contingenten yaitu pajak dengan penyerahan hasil
bumi.
4.
Menetapkan verplichte leverantie, kewajiban menjual hasil bumi
hanya kepada pemerintah dengan harga yang telah ditetapkan.
5.
Menerapkan sistem kerja paksa (rodi) dan membangun ketentaraan
dengan melatih orangorang pribumi.
6.
Membangun jalan pos dari Anyer sampai Panarukan sebagai dasar
pertimbangan pertahanan.
7.
Membangun pelabuhan-pelabuhan dan membuat kapal perang berukuran
kecil.
8.
Melakukan penjualan tanah rakyat kepada pihak swasta (asing).
9.
Mewajibkan Prianger stelsel, yaitu kewajiban rakyat Priangan
untuk menanam kopi.
Pengaruh
kebijakan pemerintah kerajaan yang diterapkan oleh Daendels sangat berbekas
dibanding penggantinya, Gubernur Jenderal Janssens yang lemah. Langkah-langkah
kebijakan Daendels yang memeras dan menindas rakyat menimbulkan:
1.
kebencian yang mendalam baik dari kalangan penguasa daerah
maupun rakyat,
2.
munculnya tanah-tanah partikelir yang dikelola oleh pengusaha
swasta,
3.
pertentangan/perlawanan penguasa maupun rakyat,
4.
kemiskinan dan penderitaan yang berkepanjangan, serta
5.
pencopotan Daendels.
Pada tahun 1810, Kaisar Napoleon menganggap bahwa tindakan
Daendels sangat otoriter. Pada tahun 1811 Daendels ia ditarik kembali ke negeri
Belanda dan digantikan oleh Gubernur Jenderal Janssens. Ternyata
Janssens tidak secakap dan sekuat Daendels dalam melaksanakan tugasnya. Ketika
Inggris menyerang Pulau Jawa, ia menyerah dan harus menandatangani perjanjian
di Tuntang pada tanggal 17 September 1811. Perjanjian tersebut dikenal dengan
nama Kapitulasi Tuntang, yang berisi sebagai berikut.
a.
Seluruh militer Belanda yang berada di wilayah Asia Timur harus diserahkan
kepada Inggris dan menjadi tawanan militer Inggris.
b.
Hutang pemerintah Belanda tidak diakui oleh Inggris.
c.
Pulau Jawa dan Madura serta semua pelabuhan Belanda di luar Jawa menjadi daerah
kekuasaan Inggris (EIC).
TUGASI YANG HARUS DIKERJAKAN:
1. Buku Paket Hal 205 No. 3
2. Buku Paket Hal 210 (TABEL)
3. Buku Paket Hal 231 (TABEL)
0 Comments